Teh Tong Tji dan Dua Tang, Premium

Teh melati merupakan teh yang paling banyak diminum di Pulau Jawa, atau setidaknya di daerah Jawa Tengah. Setahu saya, minum teh sudah menjadi bagian hidup di sana. Jika ditanya mengenai budaya teh di Indonesia, mungkin paling gampang adalah dengan menyebutkan budaya moci, atau minum teh melalui poci yang merupakan budaya teh di Jawa. Teh disajikan secara nasgitel, atau panas legi (manis) dan kentel (kental/pekat). Maksudnya, teh diseduh dengan takaran daun teh yang banyak dan direndam dalam waktu yang lama, sehingga teh menjadi pekat; dan ditambahkan gula agar terasa manis. Disajikan panas-panas, jadilah teh nasgitel. Gulanya juga bukan menggunakan gula pasir, tetapi gula batu; dan disajikan di dalam poci dan gelas yang terbuat dari tanah liat.

Di daerah Jawa, terdapat puluhan atau bahkan mungkin mencapai ratusan merk teh melati. Tetapi di Jakarta, paling hanya beberapa yang mudah ditemui di pasar swalayan. Paling umum adalah Cap Botol, Poci, Gopek, Tong Tji, dan Dua Tang. Dari merk tersebut, terbagi lagi menjadi beberapa varian, biasanya ditandai dengan warna kemasan, seperti cap Botol hijau dan biru; atau dengan penambahan nama yang berbeda seperti Tong Tji Super atau Tong Tji Premium. Di antara merk-merk tersebut, ada tiga merk yang memiliki varian "premium", yaitu Cap Botol, Tong Tji, dan Dua Tang. Tapi sesuai dengan judul, kali ini saya akan mengulas Tong Tji premium dan Dua Tang premium saja. Cap Botol premium akan saya ulas nanti dalam tulisan terpisah.

Premium, seharusnya berarti memiliki kualitas yang lebih baik dari varian yang biasa, dari segi harga juga lebih mahal dibandingkan dengan yang biasa. Secara umum, bisa dibilang teh Tong Tji dan Dua Tang premium lebih unggul dibandingkan dengan yang biasa. Jumlah batang teh pada Tong Tji-Dua Tang premium lebih sedikit dibandingkan yang biasa, walaupun masih tetap bisa dikatakan "banyak". Dari segi pengemasan, keduanya sama saja. Dibungkus dalam kertas alumunium dan berlabel merk masing-masing. Dari pengemasan juga sudah menandakan bahwa kualitas yang premium lebih baik, karena untuk yang varian biasa, Tong Tji dan Dua Tang umumnya dibungkus dengan kertas biasa saja.

Masing-masing saya sajikan dengan satu sendok daun teh kering + 250ml air panas mendidih + didiamkan selama 5 menit. Meskipun teh melati menggunakan teh hijau, tetapi khusus teh melati Indonesia diperlakukan sama seperti teh hitam, yaitu diseduh dengan air mendidih. Setelah saya diamkan selama 5 menit, daun teh saya saring dan keduanya saya cicipi secara terpisah. Tidak lupa, biar seperti teh nasgitel, saya masukkan juga gula batu dan saya diamkan sebentar lagi.

Hasilnya? Menurut saya, aroma teh Tong Tji lebih kuat daripada Dua Tang saat bungkusnya dibuka, tetapi ketika diseduh dan diminum, aroma teh Dua Tang malah terasa lebih kuat. Teh Dua Tang memiliki rasa sepat yang kuat, tetapi Tong Tji memiliki rasa sepat yang lebih kuat lagi. Dari segi warna, teh Tong Tji juga memiliki warna yang lebih hitam pekat daripada Dua Tang, meskipun keduanya dapat dikatakan pekat. Secara keseluruhan, saya kurang suka dengan rasa sepat Tong Tji yang sangat kuat, tapi bagi beberapa pecinta teh lainnya (terutama nasgitel), rasa sepat yang kuat sekali mungkin menjadi nilai tambah. Jika ditanyakan menurut selera saya, saya lebih memilih Dua Tang premium. Tentu saja orang lain bisa memiliki selera yang berbeda.

Bagi yang juga ingin mencicipi kedua teh di atas, bisa ditemukan dengan mudah di pasar swalayan. Saya pernah menemukannya di Carrefour dan Hero. Harganya pun kurang lebih sama, antara range Rp3000-4000. Kalau tidak salah ingat, Tong Tji premium saya beli seharga Rp3.450 dan Dua Tang premium saya beli seharga Rp3.780, keduanya saya beli di Hero. Jangan lupa juga beli gula batu (dan kalau bisa disajikan di teko tanah liat), supaya lebih terasa nuansa Jawanya.

This entry was posted on Saturday, August 10, 2013 and is filed under ,,,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply