Teh Putih Dandang

Sejak bergabung dengan milis Pecinta Teh, saya sering membuka beberapa postingan lama di sana untuk menambah wawasan mengenai teh, hingga suatu hari saya temukan postingan dari Pak Bambang yang berjudul "Teh Dandang Gula". Teh Dandang Gula merupakan nama yang diberikan oleh Pak Bambang kepada teh putih dari Dandang, salah satu merk teh nasional dari perusahaan Teh Kartini.

Terprovokasi oleh postingan tersebut yang mengatakan bahwa teh putih Dandang rasanya sangat manis, saya pun berusaha untuk mencari informasi mengenai teh tersebut. Di google, info mengenai teh putih Dandang sangat minim, bahkan bisa dibilang tidak ada. Singkat cerita, saya pun menemukan nomor Pak Tommy Boentar dari Teh Dandang, beliau pernah mengunggah foto-foto produk dari Teh Dandang di FB Komunitas Pecinta Teh dan menyertakan nomor ponsel beliau juga. Saya akhirnya mengirim SMS kepada beliau mengenai harga teh putih Dandang. Rp90.000 untuk 50 gram. Setahu saya, harga ini sudah sangat murah untuk teh putih.

Bagi yang baru mengenal teh putih, teh putih merupakan salah satu jenis teh yang paling mahal. Teh putih dihasilkan oleh pucuk daun teh yang masih berwarna putih. Setelah dipetik, proses oksidasi langsung dihentikan layaknya teh hijau. Satu pohon teh hanya menghasilkan satu pucuk daun teh, sehingga teh putih tidak bisa dipanen sebanyak jenis teh lainnya dan harganya menjadi lebih mahal. Dibalik kelangkaan dan harganya yang mahal, teh putih justru memiliki kandungan antioksidan yang paling tinggi.

Teh putih Dandang pun tiba di rumah saya. Pucuk daun teh putih yang kering dikemas di dalam "toples" putih bening yang berlabel tulisan "WHITEA" besar dan merk Dandang. Setahu saya, pengemasan teh seperti ini kurang baik karena cahaya bisa masuk melalui toples bening tersebut dan menyebabkan proses oksidasi terjadi kembali pada daun teh kering. Dari sisi visual, akibatnya daun teh bisa menghitam. Dari sisi rasa, tentu saja membuat rasa dan aroma teh menurun. Pengemasan yang bagus, setahu saya dengan dibungkus ke dalam kertas alumunium dan divakum.



Pertama kali toples tersebut saya buka, aroma segar teh putih langsung menyambut. Aromanya seperti jeruk, agaknya lebih mirip jeruk lemon. Daun teh berbentuk panjang dan berwarna putih. Kira-kira satu sendok makan daun teh putih saya masukkan ke dalam gelas, saya seduh dengan 250ml air panas di bawah titik didih, kemudian saya diamkan selama 5 menit dan saya saring. Aroma fruity khas citrus masih tajam terasa. Saat diminum, aroma citrus tersebut tetap terasa tajam, namun nikmat. Rasa manis juga terasa dalam setiap tegukan, sesuai dengan seperti yang dikatakan oleh Pak Bambang. Saat teh ini saya sajikan kepada tante saya, beliau langsung berujar, "Manis tehnya, enak banget, beli di mana nih?" Tak heran dijuluki sebagai teh Dandang Gula.

Teh ini juga saya sajikan kepada ayah saya. Beliau malah berkata bahwa teh ini seperti beraroma leci, bukan jeruk seperti yang saya rasakan. Hal ini tentu wajar terjadi, karena setiap orang memiliki persepsi indra penciuman yang berbeda-beda, yang pasti secara garis besar masih sama: beraroma buah.

Bagi yang ingin juga mencicipi teh putih Dandang, dapat menghubungi pihak teh Dandang atau Pak Tommy Boentar, coba saja melalui googling.

This entry was posted on Tuesday, August 6, 2013 and is filed under ,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply