Selamat Datang!

Sudah sekitar 1 tahun sejak saya mulai "terjerumus" ke dalam hobi minum teh. Semuanya bermulai ketika saya secara tidak sengaja diberi sekantong teh celup Earl Grey dan menyeduhnya di rumah. Saat itu saya mencampur teh dengan gula dan ketika saya meminumnya, saya bertanya-tanya, "Teh apa ini? Kok beda?". Maklum, saat itu saya hanya mengenal teh hitam Sariwangi, teh hijau Kepala Djenggot, teh melati, dan teh oolong merk Sea Dyke yang sering dibeli oleh ayah saya. Saat itu saya masih menyeduh teh oolong dan teh hijau dengan air bersuhu 100 derajat C, sehingga rasanya pahit sekali dan saya selalu mengira teh hijau dan teh oolong itu pasti pahit. Sebelumnya tidak pernah meminum teh hitam dengan ekstrak jeruk bergamot, meminum teh Earl Grey membuat saya ketagihan. Saya pun googling dan mendapatkan info bahwa ternyata ada banyak sekali teh di luar sana, oolong pun ada macam-macam lagi, ada Tie Guan Yin, Shui Xian, dsb. Teh hitam saja ada banyak jenis, mau dari varian assamica atau sinensis? Grade broken ada full leaf? Dari kebun mana? Ternyata jenis teh itu luas sekali.

Rasa penasaran akan teh pun semakin menjadi ketika (almarhum) kakek saya membawakan saya teh hijau dari China. Beliau dibelikan oleh kakaknya yang baru jalan-jalan ke luar negri. Waktu tehnya saya minum, wow, beda sekali dengan teh hijau yang biasa ini saya temui di supermarket dan saya minum. Usut punya usut, teh hijau tersebut adalah teh Long Jing yang memang salah satu teh hijau paling populer di negri Tirai Bambu.

Sejak itu saya menjadi semakin rajin mencari informasi menjadi teh, baik itu website dari Indonesia atau dari luar. Dari sana, saya bergabung dengan komunitas Pecinta Teh di google group dan sempat sekali mengikuti gathering komunitas tersebut. Di sana juga saya berkenalan dengan Pak Bambang Laresolo yang merupakan moderator di milis Pecinta Teh, kemudian sering menjadi tempat saya bertanya-tanya tentang teh. Di dunia virtual, saya juga berkenalan dengan Oza Sudewo, pengusaha teh premium yang berdomisili di Bandung.

Pengetahuan saya tentang teh pun semakin bertambah. Akhirnya saya tahu bahwa teh melati menggunakan teh hijau, bukan teh hitam. Akhirnya saya tahu bahwa teh hijau dan teh oolong harus diseduh dengan suhu di bawah titik didih, bukan 100 derajat C. Akhirnya saya memahami bahwa memang daun teh seduh jauh lebih enak daripada teh celup, dan sebagainya. Saya pun semakin menjadi-jadi dengan hobi teh.

Saat ini mungkin saya sudah menjadi salah satu maniak teh. Tidak hanya terus mencoba teh-teh yang belum pernah saya minum, saya juga mengoleksi beberapa peralatan teh seperti gaiwan dan teko teh. Blog ini pun saya buat dan saya jadikan sebagai buku harian ngeteh saya, juga sebagai wadah untuk berbagi dengan teman-teman yang baru mulai tertarik dengan teh.

This entry was posted on Monday, August 5, 2013. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply