Gn. Halimun Oolong, Teh Oolong dari Banten

Pertama kali saya mengetahui teh ini ketika saya mengikuti gathering milis pecinta teh di Dapur Solo, Jakarta Selatan. Ketika itu saya berkenalan dengan beberapa perwakilan dari Harendong Green Farm, yang merupakan produsen dari Banten Tea. Kemudian saya diperkenalkan dengan merk Banten Tea di sana. Saat itu, saya sempat mencicipi red tea dan OPA oolong dari Harendong, tetapi belum sempat mencoba Banten oolong. Mereka pun mengatakan bahwa saya bisa mengunjungi kedai teh milik Harendong yang berada di Fresh Market PIK, Jakarta Utara.

Singkat cerita, saya pun mengunjungi kedai tersebut dan membawa pulang teh oolong bermerk Banten Tea, yang lebih terkenal dengan sebutan Banten Oolong. Teh ini dikemas dengan baik, dibungkus di dalam kertas alumunium, dimasukkan silica gel untuk menyerap lembab, kemudian divakum sehingga tidak ada udara yang tertinggal di dalamnya. Hal ini menyebabkan kualitas teh terjaga dengan baik selama kemasan tidak dibuka. Teh yang sudah dikemas di dalam kertas alumunium kemudian dimasukkan ke dalam kaleng teh berlabel Banten Tea. Ketika kemasan tersebut saya buka, saya langsung menghirup aroma segar dari teh oolong. Bentuk teh keringnya bulat dan berwarna hijau cerah, seperti hijau zamrud mungkin.

Seperti yang sudah saya ketahui dari situs internet, teh oolong tidak boleh diseduh dengan air tepat 100 derajat C. Maka air saya rebus di bawah titik didih, kira-kira setelah air mulai bergelegak dan muncul gelembung udara. Satu sendok teh pun saya tuang ke dalam teapot saya, lalu saya tuangkan air panas dan saya diamkan selama sekitar 10 detik. Setelah itu teh langsung saya tuang ke dalam gelas-gelas kecil. Aroma fresh langsung tercium.

Pada seduhan pertama, saya masih mendapatkan rasa yang tipis, aroma flowery tetapi juga ada aroma fruity sebagai aftertaste. Pada seduhan kedua dan ketiga rasa tersebut semakin tegas, aftertaste yang muncul adalah aroma fruity antara aroma buah nanas dan mangga muda. Rasanya segar sekali. Sayangnya, sepertinya teh ini harus diseduh dengan suhu air dan waktu yang tepat, karena rasa pahit dari teh mudah sekali muncul ketika teh saya rendam terlalu lama. Hal ini terjadi beberapa kali ketika saya menyeduh pada seduhan kedua-ketiga dan saya duga ini diakibatkan oleh waktu penyeduhan yang terlalu lama.

Teh ini merupakan salah satu teh oolong favorit saya. Diawali dengan aroma flowery dan disusul dengan aftertaste aroma fruity, dan juga dapat ditemukan rasa manis samar-samar. Teh ini bisa ditemukan di kedai teh Harendong PIK, toko teh Cawan di Muara Karang, dan seluruh toko Bakpau A1. Berdasarkan informasi yang saya dapatkan dari hasil googling, teh ini ditanam di kaki Gunung Halimun, Banten. Pak Bambang sendiri menyebut teh ini sebagai Oolong Ratu Bayah karena tumbuh di daerah Bayah dan harus melalui Pelabuhan Ratu untuk mencapainya.

Saya sendiri menyebut teh ini sebagai Gn.Halimun Oolong, karena memang ditanam di Gunung Halimun, Bayah, Banten. Sebagai akibat dari rasa suka saya dengan teh ini, satu teapot tanah liat saya gunakan khusus untuk menyeduh Gn.Halimun Oolong ini saja.

This entry was posted on Monday, August 5, 2013 and is filed under ,. You can follow any responses to this entry through the RSS 2.0. You can leave a response.

Leave a Reply